SEORANG MUSLIM pastinya sangat memahami bahwa keselamatan dan
kebahagiannya di dunia maupun di akhirat sangatlah ditentukan oleh
kebersihan jiwanya, kesucian dan kemuliaan jiwanya dan sampai sejauh
mana dia mendidiknya dengan adab-adab Islam. Sebagaimana kesengsaraan
dirinya sangat ditentukan oleh kerusakan dan kekotoran jiwanya.
Karenanya lazim atas seorang Muslim untuk mendidik dirinya sendiri,
mensucikan dan membersihkan jiwanya, menjauhkannya dari hal yang bisa
menodai dan mengotorinya baik itu berupa keyakinan yang rusak, maupun
perkataan dan perbuatan maksiat.
Firman Allah SWT. : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mnegotorinya.” (Q.S As’Syams:9-10)
Diantara langkah-langkah yang dilakukan untuk mendidik jiwa dalam memperbaikinya serta mensucikannya adalah :
Taubat. Yaitu menghindarkan diri dari
segala bentuk maksiat, mentesali dosa-dosa yang telah dilakukan dan
berazam untuk tidak kembali kedalam lumpur dosa pada sisa-sisa umur yang
ada.
Firman Allah SWT. : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan
kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (Q.s At-Tahrim:8)
Muraqabah. Yaitu membawa jiwa pada kondisi selalu merasa diawasi dan diintai oleh Allah SWT. setiap saat, dimanapun dan kapanpun.
Firman Allah SWT. : “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (Q.S An-Nisa : 1)
Mujahadah. Yaitu mengarahkan jiwa dengan
sungguh-sungguh kepada keta’atan dan kebaikan serta menekan dan
melawannya dari berbuat keburukan dan kemaksiatan.
Firman Allah SWT. : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami” (Q.S. Al-Ankabut:69)
Mu’aqabah. Yaitu memberikan sangsi kepada
diri bila lalai melakukan suatu kebaikan atau tidak sempurna
menunaikannya. Seperti halnya Abdullah Ibnu Umar, bila ketinggalan
berjama’ah shalat, beliau selalu menghidupkan seluruh malam hari itu
dengan ibadah.Beliau pernah mengakhirkan shalat Maghrib sampai nampak
dua bintang dilangit, lalu beliau membebaskan dua orang budak.Ataupun
Abu Thalhah yang pernah disibukkan oleh kebunnya dari shalatnya (telat),
lalu beliau mengeluarkan shadaqah dari kebunnya itu.
Muhasabah. Yaitu mengintropeksi diri dalam
pelaksanaan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Baik itu
muhasabah harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. bagaikan seorang
pedagang yang mengecek dagangannya diakhir bulan apakah ia mengalami
rugi atau untung.
Firman Allah SWT. : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperlihatkan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S.
Al-Hasyr: 18 )
No comments:
Post a Comment