Sunday, 31 August 2014

Renungan Hari Ini




Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesan ku, bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilan ku, bukan juga sebatang perunggu dalam kemenangan ku, tapi keinginan hati mu membahagiakan aku.

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah: k-e-h-a-m-i-l-a-n. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: p-o-s-i-t-i-f.

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.

Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.

Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.

Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.

Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.



Inspiratif, Jasa Seorang Ibu Untuk Kita Renungkan


Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.

saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.

Duh IBU, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".

Saturday, 30 August 2014

"KOTAK P3K" (Pertolongan Pertama Pada Kehidupan)

Saat kita mengalami kecelakaan, tentu ada 1 barang yang akan kita cari- cari, yaitu KOTAK P3K. Sama halnya dengan kehidupan... Disaat sederetan masalah datang menghampiri kita, saat hubungan dengan para sahabat kita terasa renggang, ada sebuah kotak yang kita perlukan, yaitu KOTAK P3K (Pertolongan Pertama Pada Kehidupan). Di dalamnya ada 7 benda :

1. Tusuk gigi : janganlah kita mencongkel- congkel keburukan hati orang, tetapi carilah kebaikan org lain yang terselip yang tidak keliatan selama ini. Jangan sampai masalah kecil, menghapus banyak kebaikan yang telah dilakukan, karena setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Pada saat itulah dibutuhkan tusuk gigi (pembersih), untuk membersihkan kesalahan yang ada.

2. Penghapus : hapuslah semua kesalahan orang yang menyebabkan kita sakit hati. Bukalah pintu maaf yang lebar, ikhlaskan semuanya dan biarkan semua untaian maaf kita mengalir kepada orang- orang yang pernah menyakiti. Memaafkan memang tidak mengubah apapun di masa lalu, tapi itu dapat menenangkan hari ini dan menceriakan esok hari.

3. Pensil : tulislah dalam hatimu, ratusan rahmat & nikmat Tuhan yang kita terima setiap hari. Jadilah orang- orang yang selalu bersyukur, karena masih banyak sekali orang yang hidupnya di bawah kita.

4. Plester : semua luka hati dapat disembuhkan, selama kita mengizinkannya. Gunakan maaf dan keikhlasan hati untuk memplester (memaafkan) semua luka hati yang kita alami.

5. Karet Gelang : bersikaplah fleksible, bahwa tidak semua yang anda inginkan itu dapat terwujud. Karena Tuhan pasti memberi apa yang Kita butuhkan, namun belum tentu menuruti semua keinginan kita, karena Ia tahu yang terbaik bagi Kita.

6. Permen karet : bila kita sudah berkomitmen, lakukan semua dengan ikhlas & selalu setia, seperti permen karet yang menempel terus..

7. Coklat : berilah senyum manis kita pada setiap orang yang dijumpai, karena senyum manis itu seperti coklat, semua org menyukainya...


Renungkan bahwa : "WAKTU itu seperti sungai, kita tidak bisa menyentuh air yg sama untuk kedua kalinya, karena air yang sudah mengalir akan terus berlalu & tidak akan pernah KEMBALI". Maka lakukan segala sesuatunya dengan baik dan jika ada masalah bicarakanlah dengan baik- baik pula. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, hanya karena salah mengambil keputusan hari ini.

Thursday, 28 August 2014

Saat HARAPAN tidak sesuai dengan KENYATAAN

Kehidupan selalu mengalir seperti sungai diantara 2 tepian. Alirannya mengalir begitu deras melewati bebatuan terjal dan air terjun yang bergelora. Lalu sang sungai perlahan- lahan melebar dan meluas, hingga tepiannya semakin menjauh serta air yang mengalir lebih tenang dan akhirnya menuju ke lautan yang luas.
Itulah perjalanan hidup kita. Rangkaian kegagalan dan kesuksesan, penderitaan dan kebahagiaan. Semuanya selalu mengalir beriringan dan merupakan rangkaian peristiwa dalam setiap episode kehidupan yang terus mengalir, sampai akhirnya bertemu dengan muara kehidupan (menghadap Allah swt).
Dalam menempuh perjalanan hidup, manusia tidak akan pernah luput dari kemenangan dan kekalahan. Kebahagiaan dan kesedihan. Semuanya silih berganti bagaikan roda kehidupan yang selalu berputar, kadang berada di atas dan kadang di bawah. Namun jika kita menjalani hidup ini dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan penuh rasa syukur, maka kita tidak akan pernah mengalami SAAT DI BAWAH, karena kita akan tetap merasa senang dan nyaman dimanapun posisi kita berada.
Jalanilah hidup ini seperti air yang terus mengalir melewati bebatuan yang terjal dan mengarungi air terjun yang bergelora. Tidak selamanya kemenangan itu indah dan tidak selamanya pula kekalahan itu menyedihkan. Saat kita menang, namun kemenangan itu justru membawa kita pada kesombongan. Maka sesungguhnya kita berada dalam KEKALAHAN YANG LUAR BIASA. Begitu pula sebaliknya, saat kita sedang kalah namun kita mempunyai semangat yang tinggi untuk bangkit, maka pada saat itu pula kita telah menjadi PEMENANG YANG SEBENARNYA.
Banyak hal yang kelihatan begitu indah dan semuanya telah kita rencanakan. Namun kadang rencana itu sama sekali tidak ada yang terwujud. “Saat HARAPAN tidak sesuai dengan KENYATAAN”. Karena Allah tahu, bahwa itu bukanlah yang terbaik untuk kita, kemudian Ia mengganti rencana kita dengan rencanaNya yang jauh lebih sempurna. Allah pun berfirman: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah 216).
Kita pun akan tersenyum dan menyadari, bahwa ternyata kegagalan dan kesalahan yang pernah kita lakukan pada masa lalu menjadi mutiara pelajaran yang sangat berharga sebagai bekal dalam mengarungi masa depan. Adanya kegagalan dan cobaan yang menghadang bukan untuk membuat kita berpaling dariNya. Namun untuk lebih mendekatkan diri kita kepadaNya. Karena Allah rindu dengan doa orang- orang yang beriman. Rosulullah pun bersabda: Apabila Allah menyenangi hamba maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya (kerendahan dirinya). (HR. Al-Baihaqi).
Adanya rasa khawatir dan cemas bukan untuk membuat kita menjadi orang- orang yang penakut dan mudah menyerah, tapi untuk membuat kita menjadi orang- orang yang selalu SIAP dan WASPADA dengan perbuatan yang akan kita lakukan. Hidup adalah anugrah terindah. Sungguh begitu banyak waktu yang terbuang apabila kita hanya mengeluh, bersedih, dan larut dalam keterpurukan. “After a storm comes a calm”. Badai pastilah berlalu, Yakinlah bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan atau jalan keluar yang begitu dekat. Allah pun berfirman: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 6).
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang- orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang- orang yang beriman”. (Q.S Ali Imran: 139). “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S Yusuf: 87)
Oleh sebab itu, apapun yang terjadi kita harus yakin bahwa itu hanyalah salah satu sisi dari kehidupan. Dengan diimbangi sikap untuk selalu BERBENAH DIRI dan senantiasa BERUSAHA serta BERDOA, maka kita pasti akan mendapatkan yang terbaik. Segala sesuatu itu ada masanya. Ada saat dimana kita harus berusaha keras untuk ‘menanam’, dan akan tiba pula saat bagi kita untuk ‘memetik’ jerih payah yang telah kita lakukan.
Marilah kita terus berbenah dan berbenah untuk mempersembahkan apa yang TERBAIK dalam hidup ini. Dengan kemuliaan hati dan semangat pantang menyerah, dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Selama Allah tetap menjadi “JUST THE ONE GOAL”, maka kita pasti akan selalu berada dalam ketenangan dan kebahagiaan. Seperti doa yang sering kita panjatkan, “Bahagia Dunia Akhirat”.
Lantas, Bagaimana dengan Anda..? Masihkah Anda meratapi setiap cobaan yang Allah berikan..? Dan sudahkah Anda bangkit dari keterpurukan setelah Anda gagal melakukan Apa yang terbaik dalam hidup ini.? “Hai orang- orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar”. (Q.S Al Baqarah: 153). "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal (Q.S At Taubah: 129).

Tuesday, 26 August 2014

Antara Milikku dan Karunia Rabb-ku

بسم الله الرحمن الرحيم
Ada pelajaran yang sangat bagus yang patut kita renungkan bersama, di dalam Al-Qur’an terdapat gambaran tentang dua sifat yang saling berlawanan antara orang-orang yang bersyukur dan orang-orang yang kufur akan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
وليحذر كُلَّ الحذر من طغيان “أنا”، و”لى”، و”عندى”، فإن هذه الألفاظَ الثلاثةَ ابتُلى بها إبليسُ، وفرعون، وقارون
“Berhati-hatilah dengan berlebihan dalam perkataan, “Aku”, “Milikku”, “Aku Punya”. Sungguh, telah diuji Iblis, Fir’aun, dan Qarun dengan kata ini.”[1]
Apa maksud dari perkataan beliau ini? Padahal sih kelihatan sepele, tapi sebenarnya Iblis, Fir’aun, dan Qarun telah diuji dengan tiga kata ini dan mereka semua gagal. Ujian seperti apa? Dan konsekuensi apa ketika mereka gagal? Mari kita simak bersama-sama.
Pertama, kita akan berbicara mengenai Iblis terlebih dahulu. Siapakah Iblis? Jangan salah sangka kalau iblis itu sedari awal sudah menjadi makhluk pembangkang. Bahkan sebenarnya dulu dia ini ahli ibadah, bayangkan… (gak perlu dibayangkan sih, cukup dengan difahami) beratus-ratus tahun beribadah bersama para malaikat. Terus kenapa bisa jadi makhluk paling pembangkang dan kafir? Karena dia diuji dengan kata “Aku”. Iblis dengan lancang berkata kepada Allah ketika diperintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam,
أَنَا خَيْرٌ‌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ‌ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
Aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12)
Hingga akhirnya Allah mengusirnya dari surga,
فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ‌ فِيهَا فَاخْرُ‌جْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِ‌ينَ
“Turunlah kamu dari surga itu. Tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al-A’raf: 13)
Sekarang sudah tahu? Iya, Iblis merasa sombong dan lebih baik dari Adam. Kemudian muncullah sifat hasad pada dirinya sehingga dia berusaha menjerumuskan Adam dan Hawa yang berujung dengan dikeluarkannya Adam dan Hawa ‘alaihimassalam dari surga. Untuk iblis, selain dikeluarkan dari surga dia juga diadzab oleh Allah dengan dijerumuskan ke dalam api neraka selama-lamanya kelak di hari akhir.
Sungguh sangat mengerikan akibat dari sombong ini, dia dulunya makhluk yang banyak beribadah akhirnya berubah menjadi makhluk paling kafir dan berujung dengan siksaan neraka jahannam, wal iyadzu billah.
Kedua, tentang Fir’aun. Manusia angkuh lagi melampaui batas. Padahal telah dikaruniakan kepadanya kekuasaan dan dibentangkan baginya wilayah yang luas. Dikaruniakan kepadanya berupa perhiasan dan harta benda serta kehidupan dunia. Hingga menyebabkan dia lalai, menganggap semua itu adalah miliknya. Fir’aun berkata kepada kaumnya,
يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ‌ وَهَـٰذِهِ الْأَنْهَارُ‌ تَجْرِ‌ي مِن تَحْتِي
“Wahai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku?” (QS. Az-Zukhruf: 51)
Fir’aun dengan angkuh dan kesombongannya ini, semakin menjadi-jadi. Puncak kesombongannya adalah menganggap dirinya adalah Rabb yang memiliki segala sesuatu!
فَحَشَرَ‌ فَنَادَىٰ فَقَالَ أَنَا رَ‌بُّكُمُ الْأَعْلَىٰ
“Maka dia (Fir’aun) mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya (seraya) berkata, ‘Akulah rabbmu yang paling tinggi!’” (QS. An-Nazi’at: 23-24)
Akhirnya Allah murka kepadanya,
فَأَخَذَهُ اللَّـهُ نَكَالَ الْآخِرَ‌ةِ وَالْأُولَىٰ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَ‌ةً لِّمَن يَخْشَىٰ
“Maka Allah mengadzabnya dengan adzab di akhirat dan adzab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).” (QS. An-Nazi’at: 25-26)
Kemudian yang ketiga, Qarun. Seseorang dari bani Isra’il yang Allah lebihkan dari sebagian yang lain berupa perbendaharaan yang amat banyak.
وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ
“Dan Kami telah anugrahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” (QS. Al-Qashash: 76)
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي
Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang aku punya.” (QS. Al-Qashash: 78)
Qarun merasa sombong dengan dengan apa yang telah dia capai, menganggap itu semua semata-mata karena ilmu yang ada pada dirinya. Dia menganggap bahwa harta dan benda yang dia miliki merupakan hasil dari keseriusan dan kecerdasannya semata. Merasa tidak ada seorang pun yang ikut campur di dalamnya. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan kufur terhadap nikmat yang Allah karuniakan kepadanya. Hingga Allah murka kepadanya,
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِ‌هِ الْأَرْ‌ضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِن فِئَةٍ يَنصُرُ‌ونَهُ مِن دُونِ اللَّـهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنتَصِرِ‌ينَ
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al-Qashash: 81)
Lihat bagaimana Iblis, Fir’aun dan Qarun mengatakan satu kata yang sama: “Ini Aku”, dan kita tahu bagaimana akhir kehidupan mereka. Tragis..
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh banyak ahlul ilmi, orang yang mendalam ilmunya. Bahwa ujian merupa kepedihan hidup banyak orang yang bisa lulus dengan kesabaran. Akan tetapi ketika dihadapkan dengan kenikmatan justru banyak yang tergelincir, kufur nikmat, sombong, lagi lalai.
فَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ‌ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ ۚ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ‌هُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.’ Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS. Az-Zumar: 49)
Jangan kita sangka ujian di dalam hidup itu hanya berupa kepedihan saja, kenikmatan itu juga sebagai bentuk ujian, justru lebih berat..
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah -seorang tabi’in-, beliau berkata,
كان يقال : ليس بفقيه من لم يعد البلاء نعمة والرخاء مصيبة
“Dahulu dikatakan: bukanlah seorang faqih (yang memahami agama secara mendalam) yang tidak menganggap ujian berupa musibah sebagai nikmat dan ujian berupa kesenangan sebagai musibah.”[2]
Sekarang memasuki pembahasan terakhir, kebalikan dari mereka bertiga. Inilah manusia-manusia yang memiliki kemuliaan, orang-orang yang jujur dengan keimanannya, kita akan menemukan jalan cerita yang happy ending. Bukan dongeng tapi kisah nyata yang benar-benar memiliki kadar ibrah yang luar biasa. Semoga kita termasuk orang-orang yang mengikuti jalannya.
Pertama, Nabiyullah Yusuf ‘alaihissalam. Bisa kita baca kisahnya dengan jelas pada Surat Yusuf, surat ke-12. Tidak perlu banyak tafsir untuk memahaminya karena surat ini mudah untuk dipahami. Bagaimana perseteruannya dengan saudara-saudara kandungnya sendiri, dibuang hingga menjadi budak. Fitnah dari istri Al-Aziz, hingga akhir yang bahagia, happy ending. Allah berikan kemuliaan, kedudukan agung di sisi manusia dan kembali bertemu ayahanda dan saudara-saudaranya seraya bersyukur kepada Allah,
أَنَا يُوسُفُ وَهَـٰذَا أَخِي ۖ قَدْ مَنَّ اللَّـهُ عَلَيْنَا ۖ إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ‌ فَإِنَّ اللَّـهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ‌ الْمُحْسِنِينَ
“Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami.” Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (QS. Yusuf: 90)
Kedua, Dzulqarnain ‘alaihissalam yang Allah berikan kepadanya kekuasaan timur sampai barat, seorang pemimpin yang ‘alim lagi adil.
وَيَسْأَلُونَكَ عَن ذِي الْقَرْ‌نَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْرً‌ا إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْ‌ضِ وَآتَيْنَاهُ مِن كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا فَأَتْبَعَ سَبَبًا
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah, ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya.’ Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan.” (QS. Al-Kahfi: 83-85)
Hingga suatu ketika beliau menjumpai suatu kaum dan meminta beliau membangun dinding dari serangan Ya’juj dan Ma’juj,
قَالَ هَـٰذَا رَ‌حْمَةٌ مِّن رَّ‌بِّي ۖ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَ‌بِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَ‌بِّي حَقًّا
“Dzulqarnain berkata, ‘Ini (dinding) adalah karunia dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar.” (QS. Al-Kahfi: 98)
Dan yang terakhir, ketiga, Nabiyullah Sulaiman ‘alaihissalam. Nabi Daud ‘alaihissalam mewarisikan kepadanya kerajaan yang tiada tandingan. Ketika beliau memerintahkan pasukannya untuk memindahkan singgasana ratu Bilqis,
قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْ‌تَدَّ إِلَيْكَ طَرْ‌فُكَ ۚ فَلَمَّا رَ‌آهُ مُسْتَقِرًّ‌ا عِندَهُ قَالَ هَـٰذَا مِن فَضْلِ رَ‌بِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ‌ أَمْ أَكْفُرُ‌
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata, ‘Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (QS. An-Naml: 40)
Yusuf, Dzulqarnain, dan Sulaiman, para penguasa yang shalih, semuanya pun punya satu kata: “Ini Karunia Rabbku
Maka, manakah yang akan dipilih? Menjadi senasib dengan Iblis, Fir’aun, dan Qarun, dengan menyombongkan diri kita. Atau mengikuti jejak langkah Yusuf, Dzulqarnain, dan Sulaiman dengan bersykur dan merendah kepada Rabb kita?
فَاعْتَبِرُوا يَٰأُوْلِى البْصَٰرِ
“Maka ambilah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS. Al-Hasyr: 2)
Dan sebagai tambahan, hendaklah setiap diri kita menyadari, tidaklah sepantasnya untuk bersikap sombong dan angkuh. Bukan hanya masalah keduniaan saja. Tetapi masalah amal ibadah, merasa lebih senior dan lebih lama mengikuti kajian Islam misalnya. Telah banyak mengikuti kegiatan sosial ini itu, acara ini dan itu lantas merasa lebih dibandingkan yang lain. Tidak seperti itu saudaraku, sebagai muslim yang benar imannya hendaknya dia tawadhu’ dan berusaha ikhlas karena Allah Ta’ala.
Allah sama sekali tidak menilai banyak-sedikit amaliah seseorang akan tetapi Allah melihat kadar ibadah seorang hamba itu sendiri, siapa yang beramal dengan paling baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
تَبَارَ‌كَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ‌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 1-2)
Allah mengatakan “ahsanu ‘amala” (lebih baik amalnya) bukan “aktsaru ‘amala” (lebih banyak amalnya). Dan amal yang baik adalah amal yang ikhlas mengharap ridha Allah semata dan sesuai dengan petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun telah banyak amalnya tapi tidak memiliki kadar keikhlasan, maka sia-sia, sia-sia..
Sungguh amalan yang kecil dan remeh namun ikhlas bisa berbuah pahala dan ampunan yang sangat besar, meskipun hanya membuang duri dari jalan, membuang duri dari jalan..
عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم: بينما رجل يمشي بطريق، وجد غصن شوك فأخذه، فشكر الله فغفر له
Abu Hurairah berkata: Bahwasanya Rasulullah bersabda, “Ada seseorang yang ketika berjalan di sebuah jalan dia menemukan potongan duri, lalu diambilnya potongan duri tersebut dan disingkirkan dari jalan. Maka Allah bersyukur atas apa yang perbuatnya tersebut lalu Allah mengampuninya.[3]
Maka janganlah kita meremehkan orang lain dan merasa sombong atas apa yang telah kita raih baik berupa harta maupun amal ibadah. Wallahu Ta’ala a’lam.

Belajarlah Dari Sebatang Pensil

Ada pesan yang harus selalu diingat dari pensil
pertama , pensil akan menghasilkan karya-karya hebat , hanya karena jika dirinya rela dibimbing oleh tangan .

kedua , pensil akan mengalami masa-masa menyakitkan apabila di kerok , tapi yakinlah ini membuat pensil menjadi lebih baik dan tajam .

ketiga , pensil mempunyai penghapus untuk memperbaiki kesalahannya .

keempat , ingatlah bagian terpenting pensil terletak bagian dalamnya .

kelima , sesulit apapun masalah yang dihadapi pensil , pensil harus meninggalkan jejak , jelas , dan bersih di lembaran .sekrang bayangkan pensil itu adalah dirimu , ingatlah selalu pesan penciptamu yaitu Allah , dan kau akan mendapatkan yang terbaik .kau akan menghasilkan karya yang besar , jika kau ikhlas pada bimbingan tuhan dan menghargai sesamamu .


mungkin akan banyak kesulitan dan kesedihan , namun itu tidak membuat kepribadianmu menjadi lebih sabar dan kuat , insya Allah .berusahalah memperbaiki selalu kesalahan mu , dan jadikan kesalahan menjadi pembelajaran .yang membuatmu berharga adalah isi hatimu , bukan paras atau pangkatmu .dimanapun kamu berada , jagalah nama baikmu melalui perbuatan terhormatmu , tetaplah melangkah di jalan Allah , yaitu jalan yang lurus .
setiap manusia sama seperti pensil , diciptakan untuk tujuan dan tugas tertentu .

Saturday, 23 August 2014

Semuanya Dari ALLAH SWT

menadah tangan dengan niat bermunajat dan mengadu padaNya satu kehebatan dikau telah lakukan..


sujud merendah diri kepada Nya 1 perhambaan dikau kepadaNya..

dikau mengagumi kecantikan, keindahan yang diciptakanNya..
katakan SUBHANALLAH pada setiap inci yang dikau perlihatkan...

semuanya dari pada DIA.. siapakah DIA?

 ALLAH. ALLAH.. ALLAH..

 DIA yang menurunkan AL-QURAN kepada MUHAMMAD untuk dijadikan panduan hidup setiap ummahnya..

AL-QURAN yang suci..
di ajarkan kita pelbagai bentuk syariat, akhlak, muamalat.. semuanya indah...

ALLAHUAKBAR..

 jadi..
mengadulah setiap masalah mu kepadaNya...
 DIA maha mendengar...
 DIA maha pengasih..
 menangisah kepadanya...

sahabat..
jadi keluhkan permasalahan mu..
ujian yang didatangkan penuh dengan hikmah dariNya..

 UNTUK.. menguji keimananmu kepada ALLAHU RABBI...

Friday, 22 August 2014

Indahnya Kebersamaan: Karena Kita Semua Bersaudara

Allah menciptakan seluruh yang ada di alam ini, di jagad raya ini dengan penuh keseimbangan. Semuanya diciptakan berpasang-pasangan, dan tentunya juga berbeda-beda. Ada siang dan malam, panas dan hujan, laki-laki dan perempuan, dan sebagainya. Begitupun dengan kehidupan ini. Ada yang lebih, ada juga yang kurang, ada yang kuat, ada juga yang lemah. Semua itu adalah sunatullah. Sudah menjadi ketetapan Allah. Tak bisa kita bayangkan bila semuanya diciptakan sama. Tentunya kehidupan dunia ini tidak akan berimbang. Misalnya, Allah ciptakan semuanya dalam keadaan lebih, lalu kita mau zakat, infaq, shodako itu untuk siapa? Itulah sebabnya Alla menciptakan kehidupan ini dalam keadaan yang berbeda. Hanya tinggal bagaimana kita menyikapi dan menjalaninya saja. Kalau kita menyadari bahwa kehidupan ini bisa berjalan dengan baik, karena adanya perbedaan itu, tentu saja perbedaan-perbedaan yang telah Allah ciptakan itu tidak menjadikan kita sebagai jurang pemisah. Justru sebaliknya, perbedaan itu juga menjadi kebutuhan hidup kita. Yang merasa dirinya lebih, tentu saja membutuhkan yang kurang untuk bisa sekedar berbagi. Untuk bisa mengamalkan akan makna bersyukur atas kelebihan yang dimilikinya itu. Bila sudah merasa mampu, tentu ungkapan rasa syukur sudah tidak hanya sebatas pada kata-kata saja. Tapi sudah saatnya diwujudkan dengan amal perbuatan. Kita semua adalah bersaudara. Oleh karena itu, layaknya seorang saudara, kita juga harus mau merangkul mereka. Bukan hanya kepada yang sama atau lebih dengan kita, tapi juga kepada mereka yang kurang. Meskipun tidak bisa sepenuhnya, tapi setidaknya bisa sedikit mengisi kekurangan mereka. Mata hati kita harus benar-benar terbuka untuk bisa lebih peka lagi terhadap lingkungan. Karena tak bisa dipungkiri lagi, terkadang kita bangga dengan kelebihan yang dimiliki, namun tanpa disadari ada tetangga kita yang sedang kelaparan dan luput dari pandangan kita. Kita perlu juga turun ke lapangan secara langsung untuk melihat keadaan masyarakat yang sebenarnya. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan melakukan hal semacam itu. Silaturahmi dengan para tetangga, silaturahmi dengan warga di tetangga desa, berjalan ke luar dan melihat keadaan sekitar untuk bisa membuka mata hati kita ini. Saat kita melihat ternyata di luar sana ada yang lebih kurang dari kita, baru kita sadar, betapa kita harus bisa lebih bersyukur lagi atas apa yang telah kita miliki. Dan sekali lagi, kita semua adalah saudara. Kita semua sama di hadapan Tuhan, hanya keimanan dan ketakwaan yang membedakan. Kelebihan dan kekurangan sesungguhnya adalah titipan dari Allah. Layaknya sebuah titipan, harus kita jaga dan pergunakan dengan sebaik-baiknya agar titipan itu bisa menjadi berkah ketika nanti diambil dan diminta pertanggung jawabannya. Yang merasa lebih, bagaimana menggunakan kelebihannya itu agar bisa menjadi berkah, dan bagi yang merasa kurang juga seperti itu, bagaimana menggunakan kekurangannya itu agar tidak menjadi lebih jauh dari Tuhannya. Kelebihan dan kekurangan adalah ujian untuk kita semua. Terkadang Allah memberikan suatu nikmat melalui suatu masalah, namun terkadang juga Allah memberikan suatu masalah melalui suatu kenikmatan. Jadi, tiada yang perlu untuk dibangga-banggakan. Yang perlu dibanggakan adalah bila kita hidup bersama dalam masyarakat, berdampingan, saling merangkul, mengingatkan dan menguatkan, karena kita merasa bahwa semuanya adalah saudara. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim bersaudara kepada sesama orang muslim, tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh dibiarkan dianiaya oleh orang lain. Dan siapa menyampaikan hajat saudaranya, niscaya Allah menyampaikan hajatnya. Dan siapa membebaskan kesukaran seorang muslim di dunia, niscaya Allah membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup aurat kejelekan seorang muslim niscaya Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim).

Ketika ALLAH berkata ‘TIDAK!’

Ya Allah ambillah kesombonganku dariku Allah berkata, ”Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya.” Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat Allah berkata, ”Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.” Ya Allah beri aku kesabaran Allah berkata, ”Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri.” Ya Allah beri aku kebahagiaan Allah berkata, ”Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu.” Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan Allah berkata, ”Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku.” Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat Allah berkata, ”Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.” Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku Allah berkata… ”Akhirnya kau mengerti !” Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali — orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah payah. Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu. Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari “pilek” dan “demam”…. dan terus berdoa.

Thursday, 21 August 2014

Pentingnya Merawat dan Memperbaiki Batin

Oleh: Ali Akbar Bin Agil DALAM sebuah kisah sufi yang terkenal, tersebutlah sebuah kisah tentang seorang pemuda ahli ibadah dan seorang pecinta dunia. Suatu hari, si ahli ibadah memasuki hutan yang penuh dengan singa. Melihat kedatangan pemuda ahli ibadah tadi, singa-singa di hutan itu merasa senang dan menyambutnya. Sementara itu, si pecinta dunia yang tatkala itu sedang berburu, baru saja memasuki hutan yang sama. Melihat kedatangan si pecinta dunia dan rombongannya, singa-singa itu mengaum siap menerkam sehingga membuat mereka merasa ketakutan. Si ahli ibadah melihat kejadian itu dan dia berusaha menenangkan singa-singa tersebut. Maka berkatalah si ahli ibadah kepada si pecinta dunia dan orang-orangnya setelah menenangkan singa-singa ini, “Kalian hanya memperbagus dan memperindah penampilan luar saja, maka kalian takut kepada singa. Adapun kami, kami selalu memperbaiki dan memperbagus batin kami, sehingga singa pun takut kepada kami.” Kisah di atas memuat pelajaran penting tentang hati sebagai pusat kebaikan. Hati adalah ibarat Raja yang punya hak veto dalam memerintah seluruh anggota jasmani menuju perbuatan baik atau jahat. Untuk merawat dan memperindah hati agar bercahaya, maka seseorang perlu terus-menerus mempertahankan dan mengamalkan kebaikan. Hati akan terus bersih, bening dan bercahaya jika kejahatan terus dihindari, jauh dari debu-debu dengki, riya`, takabbur, dan cobaan dijalani dengan ikhlas. Memelihara hati bukanlah tugas yang sulit. Ini merupakan tugas yang wajib dilakukan setiap Muslim. Andaikata pun sulit atau mudah, itu harus dilakukan agar hati yang bersih berpendar dengan sinar kebaikan. Hati adalah wajahnya jiwa. Orang yang jiwanya baik, hatinya akan baik. Cara memperbaiki jiwa dengan memperbaiki hati. Hati, dalam pandangan Imam Abdullah Al-Haddad adalah tempat penglihatan Allah. Sebelum yang lain, Allah melihat hati seseorang terlebih dahulu. Di sisi berbeda, anggota lahir badan kita menjadi tempat perhatian sesama makhluk yang acap dipandang dengan pandangan kekaguman. Dalam sebuah doanya, Rasulullah SAW mengatakan : “Allahummaj`al Sariiratiy Khairan Min `Alaaniyatiy Waj`al `Alaaniyatiy Shaalihah.” (Ya Allah, jadikanlah keadaan batinku lebih baik dari keadaan lahirku dan jadikanlah keadaan lahirku baik). Inilah salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi kepada Allah. Di dalamnya terkandung permintaan agar menjadikan suasana hati lebih bagus ketimbang keadaan lahir. Pertanyaanya, mengapa nabi menitikberatkan pada batin atau hati? Imam Abdullah menjawab: “Ketika hati baik, maka keadaan lahir akan mengikuti kebaikan itu pula. Ini merupakan sebuah kepastian.” Keyakinan ini didasarkan pada peringatan sabda Nabi Muhammad SAW sendiri: “Di dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim) Hati Sebagai Pusat Segalanya Setiap orang pasti menyukai keindahan. Banyak orang yang memandang keindahan sebagai sumber pujian. Ribuan kilometer pun akan ditempuh demi mencari suasana dan pemandangan yang indah. Uang berjuta-juta akan dirogoh untuk memperindah pakaian. Waktu akan disediakan demi membentuk tubuh yang indah. Perhatikan bagaimana Rasulullah SAW yang meski pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa dan pangkat, tapi tidak berkurang kemuliaannya sepanjang waktu. Rasulullah SAW tidak menempuh ribuan kilo, merogoh harta demi singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, penghargaan terhadap beliau tidak luntur dan menyusut ditelan masa. Beliau adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya. Kunci keindahan yang sesungguhnya adalah ketika kita mampu merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati. Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya. Hati adalah penggerak, raja, poros, dan pusat segala ibadah. Hati yang thuma`ninah (tenang) akan dapat membuat orang ringan bangun malam, membaca Al-Qur`an, datang ke masjid, dan semua amal shalih lainnya. Hati bisa mengajak kepada kebaikan sekaligus di saat yang sama bisa mengajak kepada kejahatan. Kita melihat tidak sedikit orang yang mempunyai anggapan bahwa melakukan maksiat tidaklah mengapa asal hati kita baik. Anggapan dan keyakinan seperti ini jelas merupakan kesalahan besar. Menurut Imam Abdullah, orang yang berpendirian semacam ini adalah pendusta besar. Lahir dan batin haruslah berimbang dan sama-sama baik. Seumpama makanan, ia akan diminati orang jika isi dan bungkusnya baik. Kebaikan yang dibuat-buat juga harus dihindari. Ada orang yang berjalan membungkuk, mengenakan tasbih, pakaiannya pakaian orang saleh. Di balik semua ini, kita melihat dalam batinnya orang seperti ini tertanam cinta dunia mengakar kuat, keangkuhan, kebanggaan pada diri sendiri, serta kegilaan pada pujian. Menurut Imam Abdullah, orang semacam ini adalah orang yang berpaling dari Allah. Dalam sebuah peristiwa, Sayidina Umar ra. melihat seorang yang berjalan di hadapannya dengan membungkuk sebagai bentuk ke-tawadhu-an. Melihat ini, Sayidina Umar berkata, “Takwa itu bukan dengan cara membungkukkan badanmu. Takwa itu ada di dalam hati.” Bagaimana jika seseorang tidak mampu memperbaiki batin lebih dari keadaan lahirnya? Menurut Imam Abdullah Al-Haddad, hendaknya ia menyamakan kebaikan lahir dan batin meski idealnya meningkatkan kebaikan batin lebih diutamakan dan disukai. Orang yang memiliki hati yang bersih, tak pernah absen bersyukur kepada Allah, Penguasa jagat alam raya ini. Pribadinya menyimpan mutu dan pesona. Tak mudah jatuh dalam kesombongan dan kepongahan di kala merebut sesuatu namun tetap istiqamah tunduk pada Allah. Orang yang mempunyai hati yang baik akan terus bersikap rendah hati walaupun berpangkat tinggi dan harta melimpah. Mari bersihkanlah hati ini, beningkanlah dari segala kotoran, isilah dengan sifat-sifat yang baik agar ia tetap terang benderang, bersinar dan bercahaya serta selalu cenderung kepada kebaikan dan takwa.*

cinta akan menemukan jalannnya sendiri...

di setiap perjalanan rasa akan banyak sekali ditemui berbagai kecemburuan, rasa sakit, maupun kebahagiaan hati. meski waktu untuk merasakannya tak bisa diatur sesuai keinginan, datangnya pun tak bisa direncanakan. bukan juga seperti hantu yang ditakuti oleh banyak orang, cinta datang karena keajaiban. air mata, kedutan mata, rindu di hati, bayangan wajahnya yang selalu nyaman di dalam pikiran, seolah-olah memberikan arti tersendiri untuk insan yang sedang jatuh cinta. senyum merona, tatapan menggoda, de-deg'an di dada membuat pertemuan itu begitu berkesan, sangat memimpikan untuk terulang kembali dan menjadi sebuah akhir yang indah. apakah cinta itu sebuah tuntutan? jawabannya tidak. cinta itu bukan pekerjaan yang dilakukan karena untuk mendapatkan uang, cinta juga bukan nafsu yang hanya mendapatkan kepuasaan sesaat, dan cinta juga bukan obsesi yang harus didapatkan dengan keterpaksaan. cinta itu murni, dan cinta itu tak terjangkau nilainya karena hanya Allah yang bisa memberikan kemurnian itu. oleh karena itu, cinta itu tidak bisa dpertaruhkan karena alasan duniawi saja. sungguh, cinta itu tak mengenal rasa lelah. hanya saja alasan lelah yang menjadikan insan untuk mencoba cinta yang lain. cinta mungkin saja bisa ditutupi, tapi cinta tidak bisa dibohongi. cinta akan menujukkan jalan mana yang harus ditempuh pemiliknya sesuai dengan apa yang telah diyakini. cinta bukan dicipta oleh manusia, tetapi Tuhanlah yang menganugerahkan kepada manusia. manusia hanya menjadi objek yang akan menerima cinta dari Tuhannya sebagai anugerah yang tak bisa diberikan oleh siapapun. cinta tak pernah mengharapkan insan menjadi lemah, takut, dan putus asa. hanya kesesatan atas nama cinta yang menjadikan hal tersebut terjadi, tapi itu bukan cinta. cinta adalah sebuah keyakinan atas pengharapan dan kebutuhan untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, tanpa harus menyakiti siapapun dan mempersatukan keseluruhan jiwa yang terlibat menjadi satu kesatuan. mendapatkan cinta bukanlah mudah, sesuatu yang berharga pasti membutuhkan perjuangan keras dan jiwa hebat yang bisa mendapatkannya. biarlah cinta yang menemukan jalannya sendiri...

Sunday, 17 August 2014

Indonesia

sejauh apapun melangkah,
pada akhirnya akan kembali
di tanah kelahiran..
walau bagaimanapun kau tetap Indonesiaku ..

Dirgarahayu NKRI yang ke 69,,,

Sunday, 10 August 2014

10 Kunci Sukses dalam Islam

Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, semua yang hidup pasti akan mati. Hidup bagaikan panggung sandiwara yang pasti akan berakhir. Sebagai manusia yang dianugrahi dan dirahmati oleh Allah SWT dengan akal kecerdasan, tentulah kita tidak ingin meninggalkan dunia ini tanpa bekal untuk akhirat. Sebagai seorang mukmin tentulah kita berusaha untuk dapat hidup bahagia dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dapat kita raih ketika kita telah mencapai sebuah kesuksesan baik itu di dunia maupun di akhirat. Namun bagaimanakah kiat-kiat untuk mencapai kesuksesan itu? Sungguh Allah SWT itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ia telah menunjukkan kepada kita bagaimana cara mencapai kesuksesan tersebut melalui utusan-Nya Rasulullah SAW. Rasulullah SAW telah meninggalkan kepada kita dua pegangan hidup yaitu Al-Quran dan Hadits. Berikut adalah beberapa kunci sukses dalam Islam yang dikutip dari Al-Quran dan Hadits.
1.      Niatkan Maka Kau Akan Mendapatkan
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadist:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR Bukhari Muslim).
2.      Mendoakan Saudara
Rahasia itu ialah: mendo’akan saudara kita kebaikan yang sama dengan yang kita inginkan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Jika kita mendo’a saudara kita, tanpa sepengathuan kita, insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita do’akan.
Dari Abu Darda ra bahwasannya ia mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Tiada seorang muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya, kecuali malaikat berkata: Dan untuk kamu pula seperti itu”. (HR. Muslim)
3.      Miliki Ilmunya
Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah)
“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’i
4.      Berubahlah
Allah yang menentukan, namun perintah Allah juga agar kita mau mengubah diri sendiri. Maka, jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan atau mengubah kondisi Anda, maka berubahlah.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya ” (QS Ar-Ra’d:11)
5.      Silaturahim
Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (HR Muslim)
Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)
6.      Berdo’a
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang memohon kepada-Ku. Maka bermohonlah kepada-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Q.S Al-Baqarah :186).
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)
7.      Tawakal
Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)
8.      Shadaqah
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)
9.      Syukur
Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS Ibrahim: 7)
10.  Bertaqwa
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaaq:2-3)

10 Cara Sukses dalam Islam ini hanya sebagian dari cara sukses yang ada di dalam Al Quran dan hadits. Jika diteliti lagi, akan sangat banyak yang menjadikan kita menjadi manusia sukses. Sukses seutuhnya, bukan hanya sukses di dunia, tetapi juga di akhirat.
Mohon maaf apabila ada kesalahan. Astaghfirullaahal ‘azhiim…

Indahnya Berhijab

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)
1.Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”
(Q.S An-Nur: 31)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.”
(Q.S. Al-Ahzab: 33)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yanga artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.
2.Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
3.Hijab Itu Kesucian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32)
4.Hijab Itu Pelindung
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”
Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.”
Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.
5.Hijab Itu Taqwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26)
6.Hijab Itu Iman
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya):“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”
7.Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.”
Sabda beliau yang lain (yang artinya):“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”
Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”
8.Hijab Itu Perasaan Cemburu
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.”
Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi:
1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat.
2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan.
3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan.
4. Longgar dan tidak sempit atau ketat.
5. Tidak memakai wangi-wangian.
6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.
Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj)
Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya. Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai ketaatan.
Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya.
Kami Dengar Dan Kami Taat
Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48)
Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52)
Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31)
Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.”